Minggu, 01 Januari 2012

“Musim Galau dan Wanita Palsu” (1)

Saturday, 31 December 2011 at 20:39
Catatan Akhir Tahun (Bag 3)
Oleh Azwir Nazar
Setelah 66 Hari liburan di Aceh. 13 September balik ke Jakarta. Menjadi mahasiswa lagi. Memulai semester ketiga. Dengan semangat baru tentunya. Beberapa agenda penting di Aceh sudah selesai. Mulai dari agenda silaturahmi teman dan keluarga besar serta agenda insidentil. Ada juga ketemu keluarga baru. Sebenarnya mereka ini sanak famili yang sudah lama putus kontak. Pasca tsunami saya memang suka mencari keluarga. Saudara ayah dan saudara ibu. Semacam silsilahlah begitu. Alhamdulillah, banyak yang baru kenal, padahal mereka itu masih kategori ‘keluarga utama’ dan sekarang bersilaturahmi. Baik kalau mereka ke Jakarta atau ketika saya pulang ke Aceh.

Suka saja bila ketemu saudara. Maksudnya saudara senasab. Kalau sahabat yang jadi saudara itu banyak sekali. Karena dalam sistem kami berteman, yang tua adalah abang atau kakak. Yang muda kami anggap adik. Maka, biasanya kalau kenal orang, keluarganya juga ikut kenal. Banyak teman banyak rizki. Banyak silaturahmi banyak informasi. Bertambah pengetahuan dan jaringan. Ada bahagia, ada sedih. Hidup kita jadi penuh warna.

Tak heran, kalau ada teman-teman Aceh ke Jakarta kami sering bertemu. Apalagi bila ada yang maniak bola. Pasti kami nonton ke Gelora Bung Karno. Ada pula yang sering singgah di FOBA, mereka menginap semalam atau lebih. Dalam kamar saya yang sangat SS. Sangat Sederhana. Misalnya, ada Dekbit, yang mau berangkat ke Jepang, saat Tsnuami melanda Jepang Maret lalu. Bro Joni Zulfikar mahasiswa Aceh di Texas, saat pulang dari AS sebelum bertolak ke Aceh, juga transit. Dia tidur pulas setelah menempuh perjalanan 24 jam antar benua. Lalu meninggalkan sebuah topi ‘pet’ warna merah bertulis Texas A & M berwarna putih di atas rak buku saya. Pak Dosen Sehat Ihsan malah sampai sekarang masih tinggal cas McBook barunya di kamar. Saat asik memberi wejangan ‘cinta’ dua malam sebelum terbang ke Milan, Italia.

Lain lagi, cerita Zulyadaini, seorang pemuda tampan, sebelum ke Australia, sempat tidur dan makan warteg bersama saya di FOBA. Kandidat master itu juga ketinggalan minyak rambut “jonny Andrea”-nya. Satu lagi, teman unik yang jadi Warga Negara Canada, selalu singgah di kamar saya sesampai di Jakarta. Padahal, punya istana di Bintaro. Beliau ini juga sering menyapu kalau kamar kotor, dan mandi pagi-pagi sekali. Orangnya tergolong ganteng untuk orang Asia. Selalu mengajak saya kerumahnya di Vancoveur, Kanada.
Kalau dari Timur Tengah, memang sering singgah di FOBA. Tapi bukan kamar saya, mereka menginap di kamar tamu. Ada juga teman mereka di asrama. Beberapa juga saya kenal. Banyak sekali orang Aceh di Luar Negeri, dan sering sekali ‘transit’ di FOBA sebelum melanjutkan perjalanan ke negara tujuan, atau pulang ke Aceh.

Selain itu, ada juga kenalannya melalui Fb, terus jadi sahabat. Satu teman kenalkan teman lain. Lalu menyambung seperti arisan berantai. Dari berbagai negara, malah kami bergabung di sebuah group di Fb. Bayangkan saja, 24 jam itu terus hidup. Karena bila di Indonesia malam tiba, maka di AS masih siang. Begitupun di Eropa, dan negara lain. Bagai waktu yang tidak berhenti. Kalau kita melayaninya, maka kita bisa tidak tidur semalam suntuk. Teman-teman yang lucu ini membuat kami saling merindui, dan bercanda di dunia maya. Seperti sudah kenal dekat sekali.

Celakanya, fb ini membuat saya candu. Ya, saya candu fb di 2011. Ini menjadi catatan penting kegagalan tahun ini. Cukup buruk. Bayangkan saja, saya bermalam-malam main fb sampai pagi. Besoknya seperti itu lagi. Lalu, anda tentu tahu apa yang terjadi, bukan? Pagi hari tidur panjang. Orang Aceh bilang, laksana ‘simantong’.

Ada hal positif memang, tapi setelah ditimang-timang negatifnya lebih banyak. Terutama dalam hal waktu yang terabaikan. Untung saja, saya tidak candu games atau poker. Karena 2009 lalu pernah diajarin teman, tapi selalu kalah. Jadi, saya putuskan daripada kalah, tak usah main saja.

Tanpa terasa, saya menghabiskan waktu sampai 7-10 jam untuk fb. Bukankah itu gila? Tak cukup dengan internet di kamar. BB saya pun online 24 jam. Alasan supaya kalau ada berita penting, hp-a tidak mati. Padahal 24 jam itu untuk Fesbuk!

Musim Galau
Saya menyebut gejala ini sebagai musim galau. Ketawa berlama-lama di fb karena chating dan postingan lucu adalah sangat aneh. Sesekali memang saya tidak tidur membuat tugas. Tapi sistem kebut semalam. Cuma itu hanya beberapa malam saja. Sebab, saya tipe pekerja dalam tekanan. Hal-hal yang mestinya dikerjakan dalam sebulan, biasanya saya mengerjakan tiga hari atau seminggu.

Sekali waktu, saya pernah tertipu di dunia maya. Sebenarnya malu juga menuliskan cerita bodoh ini. Sahabat penulis saya, saat saya ceritakan ini ketawa minta ampun. Lalu, Bro sehat memberi judul kisah ini, “lebih baik singkong di alam nyata, daripada pizza di alam mimpi”.

Begini ceritanya, ada sebuah akun fb dengan nama cewek. Fotonya cantik sekali. Tidak berjilbab, dan terkesan sangat lugu. Teman Canada saya sudah lebih dulu kenal dengan pemilik akun. Mereka rupanya sering chating dan bercerita panjang lebar. Kisah ini dalam bentuk yang ‘parsial’ sering diceritakan pada saya. Tapi, saya mendengarkan biasa saja. Sebab, teman saya ini sudah berkeluarga. Saya menganggap cerita ini, hanya bumbu.

Entah bagaimana ceritanya, saya kemudian berteman dengan pemilik akun tersebut. Setelah melihat beberapa temannya adalah mutual friends. Kisahnya, gadis ini berdarah Aceh. Ayahnya asal Bieureun, kerja di sebuah perusahaan minyak di Texas, AS. Ibunya adalah muallaf berdarah Canada-Iran. Dia sendiri lahir di Toronto, Canada. Masa kecil dihabiskan di kota Amerika Utara itu. SMP dan SMU dia sekolah di Paris. Selain itu dia juga memiliki banyak keluarga di negara lain, seperti German, dan Inggris. Hal ini diyakinkan oleh akun fb lain dan foto-foto keluarga mereka.

Sebut saja namanya, syalala. Dia juga memiliki seorang adik dan kuliah di Canada. Syalala lalu kuliah S1 di FKUI Jakarta. Sebelahan kampus dengan saya. Tapi sayangnya, saat kami kenalan dia sedah mengambil master of medicine di Adeliede, Australia. Jadi tidak bertemu. 6-7 tahun syalala tinggal di Indonesia dan belajar bahasa Indonesia. Mereka punya rumah di Jakarta. Teman akrabnya berdarah Aceh, seorang putri Indonesia. Syalala mengaguminya, karena meski seorang diva dipuja-puji penggemar. Dia juga masih fasih berbahasa Aceh. Saya sendiri berteman dengan sang puteri dif b dan juga seseorang yang mengaku tunangan puteri itu. Terakhir mereka katanya sudah menikah.

Sang puteri sering juga menceritakan tentang syalala ini. Seorang cewek yang sangat polos, dia sangat ingin mencari pendamping hidup orang Aceh. Tapi bukan saja KTP Aceh. Begitulah kira-kira. Sehingga, dia sangat mengagumi Aceh, yang dulunya hanya pernah dia dengar dari Ayahnya. Cerita itu selalu diaminin oleh pemilik akun ‘suami’-a sang puteri. Beberapa akun lain dengan nama, profesi, tempat tinggal, juga mendukung cerita ini. Saya tidak bisa bayangkan, bagaimana mereka ketawa terpingkal-pingkal karena saya masuk dalam perangkap busuk mereka itu. Saya yakin, penipu ulung ini juga telah menipu banyak orang. Akun-akun itu ternyata dikendalikan oleh orang yang sama. Karena tanpa pekerjaan, sang kawan ini membuat mungkin ratusan akun, dengan imajinasi dan fantasi di luar akal sehat kita.

Saat syalala sering chating dengan saya, hal tentang dirinya yang saya dengar dari berbagai sumber lain (akun yang berbeda tadi) semua persis sama. Sehingga saya tambah yakin, bahwa syalala ini benar-benar ada. Dia juga menceritkan bahwa dia pulang Aceh pertama sekali puasa yang lalu, dan sebulan merasakan nikmat berpuasa di Aceh. Hal ini telah memantapkan niatnya untuk menikah dengan orang Aceh.

Saat saya tanya, untuk apa kamu menikah? Ia menjawab; “saya ingin belajar agama, dan beribadah”. Sudah banyak saya melihat dunia, sekarang saya ingin pulang kampung dan berbuat supaya bermanfaat untuk orang lain. Kalimat inilah ternyata menjerumuskan saya, bermalam-malam menulis banyak puisi cinta dan lagu-lagu paling manis di dunia.

Bersambung…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar